Aku akan lebih banyak diam. Lebih banyak
menerima. Lebih banyak rela. Lebih banyak kehilangan dan lebih banyak
terluka. Aku akan lebih banyak diam, sementara kamu tak perlu tahu
apa-apa. Aku akan lebih banyak mengadu pada Penciptaku. Aku akan bicara
soalmu sebebas-bebasnya, cukup dengan Dia. Aku akan lebih banyak
terlihat baik-baik saja di depanmu. Agar bahagiamu bebas berkeliaran,
sementara milikku terpenjara pada kehilangan yang paling sunyi. Aku akan
lebih banyak menunduk untuk mengacuhkanmu, meski dengan menatapmu itu
nyawa terbesarku. Aku takkan tega membiarkan wajahku terlihat penuh
airmata saat melepasmu tanpa aba-aba. Ketidaktahuanmu itu sungguh
mericuhkan duniaku yang rasanya ingin bersuara menunjukkan semua. Tapi
tak semuanya harus terlihat, tak semuanya harus terungkap, meski harus
tahunan atau selamanya dijaga. Tak apa, mungkin begini seharusnya cinta
diperankan. Padamu, olehku.
Tidak ada yang tahu sebesar itu perasaanku. Tidak ada yang tahu bahwa sebegitu berharganya satu pertemuan yang menghadirkan kamu. Tidak ada yang tahu bahwa bersebelahan denganmu, itulah yang kutunggu. Kamu asing dengan duniaku dan duniamulah yang membiasakanku dengan keberisikan akan dia. Mungkin ini saatnya menutup telinga dari suara-suara yang menggoreskan luka baru, ini saatnya kepergianku. Ini saatnya aku membawa pergi hati dan seisinya agar terobati. Lebih cepat angkat kaki, lebih baik. Aku tak ingin membiarkan perulangan ini melukaiku berulang-ulang dan aku hanya akan menanggapinya dengan sebuah ‘kembali’. Semoga ini tidak akan terjadi.
Tidak ada yang tahu sebesar itu perasaanku. Tidak ada yang tahu bahwa sebegitu berharganya satu pertemuan yang menghadirkan kamu. Tidak ada yang tahu bahwa bersebelahan denganmu, itulah yang kutunggu. Kamu asing dengan duniaku dan duniamulah yang membiasakanku dengan keberisikan akan dia. Mungkin ini saatnya menutup telinga dari suara-suara yang menggoreskan luka baru, ini saatnya kepergianku. Ini saatnya aku membawa pergi hati dan seisinya agar terobati. Lebih cepat angkat kaki, lebih baik. Aku tak ingin membiarkan perulangan ini melukaiku berulang-ulang dan aku hanya akan menanggapinya dengan sebuah ‘kembali’. Semoga ini tidak akan terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar