RSS

2 Fenomena/Konflik Sosial di Indonesia dan Solusi

Nama: Dhea Imaniar Herlina
NPM: 12414916
Kelas: 1IB04
Tugas Ilmu Sosial Dasar-Mencari 2 Fenomena/Konflik Sosial di Indonesia dan Berikan Solusi/Cara Penangannya
 
Sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesama, pastinya ada dua hal yang terjadi, yaitu konflik dan kerjasama. Konflik merupakan proses sosial yang pasti akan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang dinamis. Secara istilah, Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik, dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan.
Di Indonesia sendiri sering terjadi konflik sosial. Konflik sosial adalah konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Secara umum, konflik sosial merupakan pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Dalam sosiologi sendiri, konflik sosial merupakan  gambaran tentang terjadinya percekcokan, perselisihan, ketegangan, atau pertentangan sebagai akibat dari perbedaan – perbedaan yang muncul dalam kehidupan masyarakat, baik perbedaan secara individual maupun perbedaan kelompok. Banyak sekali konflik sosial yang terjadi di Indonesia. Contohnya adalah tawuran antar pelajar dan pertikaian antar etnik/ras.
 
Tawuran Antar Pelajar

 



Tawuran sepertinya sudah menjadi bagian budaya masyarakat Indonesia, tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan dianggap perkara yang remeh karena tak sedikit yang telah merenggut nyawa. Bila dulu hanya menggunakan tangan kosong, saling meninju tapi untuk sekarang sudah ada senjata seperti batu, kayu, bambu, gir, parang, celurit, samurai.
 
Apa yang dipikiran anda melihat tawuran antar pelajar yang terjadi di Indonesia? Tentunya sangat menyedihkan, right? Mereka tak memikirkan dampak dari tindakannya. Bagi yang berpikiran normal, kondisi itu sungguh tak masuk akal. Bagaimana bisa antarsaudara sebangsa saling serang, melukai, bahkan membunuh? Sungguh ironis, bangsa besar yang kaya etnis, budaya, dan aneka sumber daya yang dulu mampu bersatu mengesampingkan segala perbedaan lalu memerdekakan dirinya sendiri dari penjajah, kini justru saling bertikai. Masihkah kita merasakan damai dan aman hidup berdampingan dengan saudara sendiri?
Tawuran antara pelajar saat ini sudah menjadi masalah yang sangat mengganggu ketertiban dan keamanan lingkungan di sekitarnya. Apa penyebabnya? Tawuran antar pelajar bisa terjadi karena dipicu permasalahan kelompok atau individu, biasanya saling ejek sehingga menyebabkan ketersinggungan salah satu pihak, yang di tanggapi dengan rasa solidaritas yang berlebihan atau dapat dipicu oleh tayangan-tayangan televisi yang mengekspose kekerasan dan dapat mempengaruhi psikis remaja dan banyak lagi penyebabnya. Masalah sepele sering berujung tawuran, padahal bisa diselesaikan tanpa adanya kekerasan. Situasi kekerasan, dikarena ketidakteraturan di negara kita bersumber pada lemahnya norma etika publik. Masing-masing anggota komunitas seolah merasa kehidupan publik harus diatur menurut norma komunitasnya.

Berikut ini adalah solusi penanganan  dari masalah diatas: 
1. Keluarga memiliki pengaruh luarbiasa dalam hal pembentukan karakter suatu individu. Sebagai peran penting suatu sistem sosial yang dapat membentuk karakter serta moral seorang anak. Peran orang tua dalam mengarahkan, mengawasi, dan memberi kasih sayang berupa perhatian sangatlah dibutuhkan. Kurangnya perhatian dari orang tua dapat mengganggu jiwa anak dan bisa merusak moral anak tsb karena pengaruh-pengaruh luar yang bersifat negative.  Maka peranan orang tua sangat lah penting dimana seorang anak harus mendapatkan perhatian yang cukup dan memberi anak kebebasan untuk berekspresi tetapi tetap berada dalam pengawasan orang tua dan tidak memberikan perhatiannya terlalu berlebihan,karena dapat menyebabkan keinginan seorang anak untuk berontak dan akan membuat mereka susah untuk bersosialisasi dan selalu bergantung kepada orang tua. 
2. Sekolah sebagai lembaga pendidik lebih memperhatikan kegiatan/keseharian yang dilakukan peserta didiknya dan mengawasinya serta melihat potensi untuk meningkatkan daya kreatifitas peserta didik. Kegiatan positif seperti ekstrakurikuler sebaiknya diwajibkan agar mengisi waktu luang peserta didik, memberi sanksi tegas terhadap peserta didik yang melakukan tawuran seperti skorsing atau tidak naik kelas bukan dengan dikeluarkan dari sekolah, karena dengan cara itu dapat membuat peserta didik semakin menjadi-jadi. Sekolah diharapkannya dapat memberikan sanksi yang bisa membuat efek jera namun juga bisa membangun karakter siswanya.
3. Pemahaman agama bisa didapatkan dari sekolah, keluarga dll. Pemahaman agama berfungsi untuk mengendalikan hawa nafsu anak agar tidak terjerumus terlalu jauh dalam bertindak dan berfikir. 
4. Lingkungan  adalah salah satu pengaruh yang sangat besar bagi sang anak. Karena kesehariannya lebih lama dengan lingkungan luar dibandingkan lingkungan di dalam (keluarga). Sebaiknya berteman dengan seseorang yang membawa nilai positive. Karena jika berteman dengan seseorang yang membawa nilai negative otomatis akan terpengaruh, karena saat remaja adalah masa-masa labil, apa yang dia lihat, apa yang menarik perhatian mereka, hal-hal yang mereka rasakan dan lakukan akan berpengaruh pada kepribadian mereka.


Pertikaian Antar Etnik/SARA
  

Beragamnya suku-suku bangsa di Indonesia kadang melahirkan sebuah peperangan. Salah satunya adalah peristiwa Sampit (2001) yaitu kerusuhan di Kalimantan antara suku Dayak dan Madura, perang antar suku ini menjadi konflik sosial yang menasional dan berakhir dengan pengusiran dan pengungsian ribuan warga Madura, dengan jumlah korban hingga mencapai 500-an orang. Penyebab inti pertikaian ini adalah karena konflik etnik/sara (suku, ras, agama dan antar golongan).  Berikut ini adalah empat hal yang menjadi penyebab terjadinya perang suku antara suku Dayak dan suku Madura :
a.) Perbedaan budaya antara dayak-madura
Perbedaan budaya jelas menjadi alasan mendasar ketika perang antar suku terjadi. Masalahnya sangat sederhana, tetapi ketika sudah berkaitan dengan kebudayaan, maka hal tersebut juga berkaitan dengan kebiasaan.  Misalanya permasalahan senjata tajam. Bagi suku dayak, senjata tajam sangat dilarang keras dibawa ketempat umum. Orang yang membawa senjata tajam kerumah orang lain, walaupun bermaksud bertamu, dianggap sebagai ancaman atau ajakan berduel. Lain halnya dengan budaya suku madura yang biasa menyelipkan senjata tajam kemana-mana dan dianggap biasa ditanah kelahirannya.  Bagi suku dayak, senjata tajam bukan untuk menciderai orang. Bila hal ini terjadi, pelakunya harus dikenai hukuman adat pati nyawa (bila korban cidera) dan hukum adat pemampul darah (bila korban tewas). Namun, bila dilakukan berulang kali, masalahnya berubah menjadi masalah adat karena dianggap sebagai pelecehan terhadap adat sehingga simbol adat “mangkok merah” (Dayak Kenayan) atau “Bungai jarau” (Dayak Iban) akan segera berlaku. Dan itulah yang terjadi dicerita perang antar suku Dayak-Madura.
b.) Perilaku yang tidak menyenangkan
Bagi suku Dayak, mencuri barang orang lain dalam jumlah besar adalah tabu karena menurut mereka barang dan pemiliknya telah menyatu, ibarat jiwa dan badan. Bila dilanggar, pemilik barang akan sakit. Bahkan, bisa meninggal. Sementara orang madura sering kali terlibat pencurian dengan korbannya dari suku dayak. Pencurian yang dilakukan inilah yang menjadi pemicu pecahnya perang antara suku dayak dan madura.
c.) Pinjam meminjam tanah
Adat suku dayak membolehkan pinjam meminjam tanah tanpa pamrih. Hanya dengan kepercayaan lisan, orang madura diperbolehkan menggarap tanah orang dayak. Namun, persoalan timbul saat tanah tersebut diminta kembali. Seringkali orang madura menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan merekalah yang telah menggarap selama ini. Dalam hukum adat Dayak, hal ini disebut balang semaya (ingkar janji) yang harus dibalas dengan kekerasan. Perang antar suku Dayak dan Madura pun tidak dapat dihindarkan lagi.
d.) Ikrar perdamaian yang dilanggar
Dalam tradisi masyarakat Dayak, ikrar perdamaian harus bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat sekaligus pernyataan permusuhan. sementara orang Madura telah beberapa kali melanggar ikrar perdamaian. Dan lagi-lagi hal tersebutlah yang memicu perang antar suku tersebut.
Memang Indonesia kaya akan perbedaan dan keberagaman, Indonesia termasuk negara yang luas dengan berbagai macam suku, budaya, etnik,ras, dan agama, itulah yang membuat Indonesia indah karena berbeda-beda tetapi satu tujuan-“Bhineka Tunggal Ika”. Perbedaan yang seharusnya membuat Indonesia sangat indah itulah yang justru memecah belah Negara Indonesia.

Berikut ini adalah solusi penanganan dari masalah diatas:
1. Menghargai suku, ras, agama yang berbeda.
2. Menjalin komunikasi dan menjalin kembali hubungan dengan etnik lain.
3. Menanamkan jiwa pancasila dan menjujung tinggi bhineka tunggal ika.
4. Pemerintah memberikan pendidikan multicultural dalam kurikullum pendidikan.
5. Menghapus kesan negatif dan steoretip antara etnis Dayak dan Madura.
6.Mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai serta keutamaan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan di dalam masyarakat.
Perbedaan itu diciptakan untuk saling melengkapi, dan dengan perbedaan itu manusia akan terus berkembang dan menciptakan perubahan-perubahan yang nantinya akan bermanfaat bagi manusia pada umumnya.



Sumber: 



http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik



http://www.anneahira.com/perang-antar-suku.htm