Once upon a time, there was a little girl. The girl went with her parents to an art gallery. But all of sudden, the girl realized that she was lost... She searched through the dim gallery, but found neither her parents nor the exit... Scared, helpless, lonely, hungry, and thirsty, she fell and hurt herself, putting her body past the limit...
Aku membenamkan diri di balik bantal dan menutup kuping rapat-rapat. Sebenernya sia-sia, bantal pun tak cukup mampu meredam kenangan-kenangan yang entah tersimpan dimana.Terdapat memori-memori yang bahkan tak bisa dilupakan. Satu hal yang pasti, aku tidak mampu menghilangkannya namun juga tak ingin mengingatnya karena akan ada hati yang terluka. Merasa tak sanggup berlama-lama menahan nafas di balik bantal, aku pun duduk sambil mengatur nafas. Aku memandangi sebuah lemari belajar di sudut kamar dekat pintu. Dhea mendatangi lemari itu. Ditariknya laci paling bawah dengan hati-hati. Tampaklah begitu banyak kertas dengan penuh coretan. Diambilnya satu persatu kemudian dipandanginya tulisan-tulisan konyol namun entah kenapa membuatnya tersenyum. Setelah cukup lama bertahan di balik senyumnya, demi tak mau melihat kesedihan orang-orang terdekatnya. Namun, seberapa kuat ia melawan, tetap di lubuk hatinya yang terdalam ada kesedihan yang amat dalam dan terbalut dalam kepasrahan.
Baru kali ini ia disakiti seorang cowok. Lelaki itu membuatnya nyaman, terbiasa dengan kehadirannya, dan selalu membuatnya tertawa. Ia sangat sempurna memerankan sebuah pembohong profesional. Apakah semua yang dia lakukan selama ini kepadaku adalah kebohongan yang sempurna? Sangat luarbiasa. Kenyataannya adalah manusia jauh lebih rumit daripada buku, buku diciptakan untuk dibaca. Lain halnya, kita seolah mengamati orang lain dari jauh, sama seperti seorang Astronomi yang mengamati bintang dari teleskop. Membuat dugaan, teori, dan kesimpulan tentang sesuatu atau seseorang yang bisa menjadi seperti itu.
Girl's fake smiles, boys fake feelings.
Lalu datang pangeran, lelaki dari masa lalu. Tetapi lelaki itu sangat baik, bahkan aku merasa tak pantas bersamanya. Lelaki itu menyeka air mataku dan menyatakan rasa sukanya kepadaku, dan memelukku dengan penuh perasaan. Angin musim gugur sangatlah dingin. Jadi, mari kita berpegangan dan membagi kehangatan ini. rambutku dan ia yang terkena sinar matahari senja dan matayang sephia dan dengan merengkuh segalanya, ia pun mengecupku. Sudah tidak ada lagi hari-hari lesu saat bersamanya. Seakan-akan tak pernah terjadi apapun sebelumnya. Lalu tiba-tiba ia ingin meminta kembali...
They can take you back, dhe. Give you a second chance, and they'll let you relive your life. All the way...from the very beginning. Chance one thing, fulfill one wish. You know what you'd wish for, don't you? But just remember... It will be the last thing you ever do.
Dunia ini begitu dalam dan luas bahkan tidak dapat dipahami oleh mereka yang sudah menghabiskan seumur hidup mereka untuk memburu rahasia-rahasianya.
Menatap langit malam yang penuh bintang-bintang, rasanya seperti sedang menatap ke dalam sebuah ketidakterbatasan...
Pemandangan itu membuatku terpesona. Menyadarkanku bahwa sebuah keabadian berada tepat di depan kedua mataku, namun tidak terjangkau oleh genggamanku.
Tetapi, tampaknya aku sudah menemukan keabadian milikku sendiri, yaitu kamu...
0 komentar:
Posting Komentar